Oase itu tetap ada, namun mengering. Aku ingin sekali menjadi hujan, mengisinya. Namun seyogyanya, aku tak bisa. Aku hanya tetap menjadi boneka dalam kardus hatinya, sebagai pajangan apik dalam gudang pikirannya, dan ia sangat menyayangkan jika aku harus kembali ke jalanan asing tempatku berasal, sebab pikirnya, aku terlalu indah untuk dibuang. Dan lebih baik aku berdesakan dengan kardus boneka yang lain, yang sama-sama mendapatkan perhatian sepertiku.
Bukannya aku tak tahu berterima kasih atas semua kebaikan tuanku yang satu ini. Aku sangat bersyukur ketika tubuh ringkih tak berjiwaku ia pungut dan ia bersihkan dari noda-noda luka hati. Dan jujur ku akui, aku pun menikmati permainan hatinya denganku. Sehingga membuatku makin sulit keluar dari kardus atau bahkan dari gudang pikirannya.
Aku adalah boneka tak berjiwa, namun aku mempunyai hati tersembunyi yang sulit ditemukan oleh siapa pun, termasuk tuanku ini,yang lama membolak-balik badan kosongku. Hati yang memiliki sejuta harapan untuk mendapatkan kelayakan dan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Dari sekian juta harapan-harapan dalam hatiku itu, yang paling dominan adalah aku ingin menjadi yang terbaik dan teristimewa bagi siapa pun, tanpa kecuali bagi tuanku itu. Tuan yang sangat simpatik menurutku.
Namun sepertinya, oase hatinya yang sangat luas itu lagi-lagi tak mampu aku selami. Tuanku itu seakan enggan mengeluarkanku dari kardus hatinya yang sempit. Dan itu membuatku semakin yakin, bahwa sesungguhnya aku sama sekali tak pernah jadi istimewa di hatinya...
Ia cuma mempunyai tanggung jawab yang sangat baik. Ia yang memungutku dari jalanan asing dengan tanpa sengaja, merawatku hingga sembuh dari berbagai macam luka. Dan ia enggan membuangku lagi sebab ia tentu saja tak tega. Ia telah terlalu dalam mengenaliku sepenuh hati dan memainkanku sepanjang waktu.
Jika aku boneka yang mampu bergerak, aku akan keluar dari kardus hatinya, mengundang hujan untuk menyegarkan oase hatinya yang mengering. Meskipun aku tak menjadi hujan. Padahal aku sangat menginginkannya. Namun, cukuplah. Aku terlalu berlebihan untuk menjadi hujan.
Aku hanya ingin balik ke jalanan asing tempatku berasal, menunggu tangan tuan lain yang akan memungutku lagi. Memandikanku dalam oase hatinya yang segar. Merasakan sejuk kasih sayang dari semilir angin di dekatnya.
Namun lagi-lagi, itu hanya harapan sebuah boneka tak berjiwa. Tak pernah kesampaian hingga pada akhirnya tuan itu lelah sendiri menyimpanku lama-lama.
Semoga aku dibuang lagi...
Comments
Post a Comment