Sore itu, tak seperti sore biasanya. Hangat mentari senja dan semilir angin tergantikan dengan awan gelap dan angin ribut tak karuan yang menerbangkan debu-debu kasar hingga mengenai sudut mata. Perih. Layaknya pohon tanpa ranting. Daun-daun hijau yang mestinya bersemi, melindungi tanah dibawahnya yang menggeliat karena terik surya, sama sekali layu. Layu, hingga berjatuhan. Tragis. Belum lagi angin ribut, hujan deras, yang membuat daun-daun kering itu berterbangan, mengikuti arus air, tanpa tujuan. Ranting pohon itu, tetap tak tumbuh. Malah berjatuhan mengenai daun-daun coklat mengisut. Mendung, masih tetap menggantung setia, tanpa setetes gerimis. Cuma petir yang menyambar tepat mengenai palung kesetiaan untuk selalu bersama. Sayang, fenomena alam itu hanya terjadi pada suatu tempat yang tak semua orang tahu. Hanya menggelayuti sebuah atap ruangan. Di dalamnya hanya ada beberapa nafas yang berhembus bergantian. Terdiam. Ketika vonis itu dijatuhkan seadanya, tiada mata yang berka...
arsip kiprah dan karya