Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2013

Perempuan itu HTI…

" Perempuan itu membenarkan jawaban saya lalu kembali berbicara panjang lebar. Sesekali ia menyelipkan ayat-ayat Al-Quran dalam pembicaraannya berikut terjemahan serta makna yang ia yakini. Saya hanya manggut-manggut tak bisa membantah karena saya tidak hapal Al-Quran. " Jam menunjukkan pukul 10.05. Hari Kamis ini saya berniat melanjutkan urusan magang saya di kampus. Saya pergi menuju lantai enam, ke ruang Pembantu Dekan, tempat berkas saya menunggu ditanda tangani. Namun keberuntungan tidak berpihak pada saya. Setelah saya cek, berkas-berkas saya masih bersih, tak ada coretan, tak ada tanda tangan dari beliau. Akhirnya, saya memutuskan untuk menunggu Pak Sanggar, begitu beliau disapa, di lantai satu. Lantai satu tempat akses jalan menuju lantai berapa pun, karena disana tersedia lift. Pak Sanggar tidak mungkin tidak menggunakan lift, pikir saya. Saya pun memilih tempat duduk di depan lift tersebut. Selisih satu bangku di samping saya, ada seorang perempuan berk

Veronica Guerin

entertainmentwallpaper.com “Untuk apa mengejar berita narkoba? Mestinya selidiki bar atau pub. Alkohol lebih merusak daripada narkoba,” kata John Traynor pada Veronica Guerin. Sebuah film based on true story yang disutradarai Joel Schumacher. Veronica Guerin, judul film ini diambil dari nama seorang jurnalis wanita harian Sunday Independent, sebuah koran yang terbit di Irlandia. Titik awal film ini dimulai pada tahun 1994, ketika perdagangan narkoba mencapai tingkat tertinggi di Irlandia. Veronica adalah jurnalis yang mulai meliput berita kriminal pada waktu itu. Hasil kerjanya menghadapkannya pada sindikat penjahat, tapi ia tak bisa membuktikan mereka terlibat peredaran narkoba. Sampai investigasinya menyeretnya lebih dalam pada dunia mereka…

Krisis Emosional Kader Muda Bangsa

‘Guru kencing berdiri, murid kencing berlari’ Begitu pepatah Indonesia bilang. Mungkin selayaknya pantas jika contoh realita peribahasa tersebut sekarang terjadi di negeri ini pula. Kaitannya jelas, berhubungan dengan pendidikan moral anak bangsa. Pada Oktober 2012 lalu, masyarakat kembali disuguhi kabar buruk tentang tawuran pelajar.  Pelajar yang pada hakikatnya bersaing di bangku sekolah mereka lewat prestasi karya-karya mereka, malah sibuk turun ke jalanan, saling pukul dengan pelajar lain. Hasilnya, para provokator tawuran ini, berurusan dengan pihak kepolisian. Dan karena proses penyidikan ini, tentu saja membuat pelajar yang menjadi tersangka terpaksa ‘cuti’ sekolah. Lebih mengerikan lagi, karena tawuran ini, satu pelajar tewas. Kompas dalam website nya megapolitan.kompas.com dengan beritanya yang berjudul “ Psikolog: FR dan AD Suka Tawuran Tapi Cerdas ” pada 5 Oktober 2012 mengulas tentang latar belakang kemampuan IQ kedua siswa yang menjadi pelaku utama tawuran di

REVIEW NOVEL ibuk,

Penulis         : Iwan Setyawan Penerbit       : Gramedia Pustaka Tahun          : Juni, 2012 Tebal buku   : 293 halaman ISBN             :  978-979-22-8568-0 “Buk, IPK-ku 3.52!” seru Bayek lewat telepon. “Wah, kok 3.52? Kok gak 8 atau 9?” tanya Ibuk. Ibuk tidak pernah menanyakan IP Bayek selama kuliah. Ia bahkan tidak tahu IP itu apa. Yang penting Bayek bisa mengerjakan ujian dengan lancar… Sebuah novel karya Iwan Setyawan yang sebelumnya telah berhasil dengan novel best seller-nya yang berjudul 9 Summers 10 Autumns , Dari Kota Apel ke The Big Apple. Iwan Setyawan lahir di Batu, Malang, Jawa Timur 38 tahun silam telah membawa pulang jabatan sebagai mantan Director, Internal Client Management di Nielsen Consumer Research, New York.  Novel berjudul ibuk, ini secara garis besar bercerita tentang kehidupan sebuah keluarga yang kurang mampu namun tidak menyerah dalam menata masa depan anak-anak mereka.

VIRGILIO, CRYSTAL AND ME IN PARE

“You don't have to burn books to destroy a culture. Just get people to stop reading them.” ― Ray Badbury (American novelist, short story writer, essayist, playwright, screenwriter and poet) Little about Pare In front of Alun-alun Kediri with Jannah and Nur This story started from small town in Kediri, East Java, Indonesia. The town was Pare. As mostly people know, Pare is popular with its Kampung Inggris . Kampung Inggris is a village which filled by hundreds English courses. One thing that made Kampung Inggris was different with other courses; they obligate their students to speak English every day, every place.   So, you can imagine how crowded that village with students who speak English. The interesting thing was the students came from different provinces of Indonesia. So, it made Kampung Inggris became popular and visited by many students especially in school holiday.