Hapuslah air matamu, saudaraku
Dari kejauhan akan ku tenangkan guncangan jiwamu
Tak usah kau bayangkan lagi
Amukan tanahmu yang tak karuan
Dentuman-dentuman bak meriam dari perut mereka
Muntahan asap hitam menggila…
Tak usah kau ratapi lagi
Tangisan putra-putrimu yang telah dibungkam gulungan ombak lautan
Jiwa bapak ibumu yang telah ditelan gejolak bebatuan
Sssttt…diam…
Berhentilah menyesakkan masa lalu dalam dada
Jangan katakan bahwa esok tiada senja
Alihkan pandanganmu, saudaraku
Lihatlah
Disana masih tumbuh sebatang ilalang
Menari-nari gemulai mengikuti alunan angin
Sesekali menerbangkan kapas putih
Ia masih bertahan...
Dan kau, saudaraku
Kau akan ku yakinkan tetap bertahan
Sebab disini, di seberang perbatasan yang tak kau ketahui
Akan ku coba padamkan kegetiran hidupmu, kekalutan duniamu
Dengan sesuatu yang akan dihembuskan Tuhan lewat pekatnya malam,
kiriman doaku yang tak putus-putus………………………
(Menjadi salah satu karya yang diterbitkan di dalam Antologi Kemanusiaan SERAT DUKA NEGERI (Tinta kasih untuk Mentawai-Merapi) yang diterbitkan pertama kali oleh Pena Ananda Indie Publishing pada November 2010)
Comments
Post a Comment