Skip to main content

Boneka dalam Kardus : Heart Said (part 3)

Aku telah berhari-hari menundukkan ragaku diatas tumpuan harapan yang masih kelabu. Harapan yang sering diucapkan oleh tuanku. Tentang menjadikanku seorang gadis yang berjiwa, bukan lagi sebuah boneka. Apalagi dalam kardus. Kardus hatinya.
Kulihat gudang pikirannya telah lengang. Tak terlihat lagi jajaran boneka-boneka lain yang mendapat perhatian sepertiku. Aku sama sekali tak merasa kesepian akan boneka-boneka yang hilang entah kemana itu. Justru aku merasa sangat senang, sebab aku disini, hanya sendiri, hanya bersama tuanku itu. Dan itu membuatku merasa sangat istimewa di matanya. Semoga di hatinya juga.
Tak lama rasa istimewa itu singgah, suatu hari tuanku menemukan sebuah boneka yang jatuh di bawah lantai gudang pikirannya. Aku pernah melihat boneka itu sebelumnya, di tempat yang sama. Tapi aku lebih memilih diam, tak memanggilnya. Sebab aku takut, tuanku akan mengambilnya, membersihkannya dari noda-noda luka hati, lalu meletakkan boneka itu disampingku. Dan itu berarti aku lagi-lagi tak berhasil menjadi yang teristimewa bagi tuanku itu.
Boneka itu, bukan boneka dalam kardus sepertiku. Boneka itu, bebas, berjalan-jalan menikmati oase hati tuanku yang segar. Yang sangat ingin aku selami.
Dan aku tetap menjadi boneka dalam kardus hatinya. Diam. Tak mampu menjerit pada tuanku itu bahwa aku pun ingin berjalan-jalan menyelami oase hatinya. Seperti boneka itu.
Namun, pada suatu waktu, boneka berkulit langsat itu tak lagi ku lihat di oase hati tuanku seperti biasanya. Aku pun tak melihat ia di gudang pikiran tuanku. Dan kupastikan, aku benar-benar seorang diri disini. Bukan di kardus !
Aku merasakan kesejukan melebihi hujan di malam hari, ketika tubuh ringkih tak berjiwaku berada di sebuah padang air yang bening. Yang bisa aku yakini sebagai oase ! yah aku berada di oase hati tuanku. Mimpi yang selalu aku rajut tanpa kepastian itu akhirnya ada. Ada di mataku.
Kini, aku bukan lagi boneka dalam kardus. . .


Comments

Popular posts from this blog

INTO THE WILD: Kisah Tragis sang Petualang Muda

Penulis: Jon Krakauer Penerjemah: Lala Herawati Dharma Penyunting: Maria M. Lubis Penerbit: Qanita Tahun: Februari, 2005 Tebal: 442 halaman “Aku ingin pergerakan dinamis, bukan kehidupan yang tenang. Aku mendambakan kegairahan, bahaya, dan kesempatan untuk mengorbankan diri bagi orang yang kucintai. Aku merasakan di dalam diriku, tumpukan energi sangat besar yang tidak menemukan penyaluran di dalam kehidupan kita yang tenang.” – Leo Tolstoy (“ Family Happines ”) Tokoh utama dalam buku non-fiksi ini adalah Christopher Johnson McCandless, seorang pemuda berusia 24 tahun yang telah merampungkan studinya di Universitas Emory pada tahun 1990. Ia adalah seorang anak dari keluarga kaya di Kota Washington, D.C. Ayahnya, Walt McCandless adalah seorang insinyur angkasa luar yang bekerja untuk perusahaan konsultan miliknya sendiri bernama User System, Inc. Mitra kerjanya adalah ibu Chris, Billie. Chris McCandless pemuda pandai. Ia lulus dengan indeks prestasi kum

Cemburu Itu Peluru

Judul: Cemburu itu Peluru Penulis: Andy Tantono, Erdian Aji, Kika Dhersy Putri, Novita Poerwanto, Oddie Frente   Penerbit: Gramedia Pustaka Utama   Tahun: 2011   Tebal: 160 halaman ISBN: 978-979-22-6868-3 DADAKU SESAK. Puisi yang kugubah sepenuh hati untukmu, kau bacakan pada sahabatku.( @Irfanaulia, via @fiksimini)     Berawal dari sebuah akun twitter @fiksimini, lima penulis antara lain Erdian Aji, Novita Poerwanto, Oddie Frente, Kika Dhersy Putry, dan Andy Tantono berhasil membawa angin segar dalam mengembangkan karya lewat benih fiksi 140 karakter. Singkat, namun ‘ledakan’nya terasa.   Lima penulis ini memiliki masing-masing ciri khas dalam menuliskan fiksinya dan hasilnya jarang mengecewakan. Ide cerita dari 140 karakter menghasilkan beragam cerita super pendek bertema cinta dan kecemburuan. Cinta dalam Cemburu itu Peluru digambarkan begitu dekat dengan realita, senyaman apa pun sengeri bagaimana pun. Cinta dalam Cemburu itu Peluru tidak hanya dimaknai se

Beasiswa LPDP: Mengeja Kemungkinan dengan Keyakinan

Setelah bertahun-tahun blog ini tidak terjamah, saya akhirnya menulis lagi. Akhir-akhir ini saya sering blogwalking tentang berbagai cerita pengirim lamaran beasiswa LPDP. Menarik dan informatif, sehingga saya pun ingin bercerita hal yang sama dengan sudut pandang saya. This is based on true story. Ini berdasarkan pengalaman saya yang mengikuti seleksi periode 3 tahun 2015 yang diselenggarakan sejak April-September. Sebelum Apply Lpdp… Saya ingin share cerita pengalaman saya apply beasiswa LPDP. Beasiswa dari pemerintah yang lagi hits di kalangan pemuda sekarang. Selama kuliah S1, saya tidak pernah punya pengalaman apply beasiswa. Pengetahuan saya seputar beasiswa juga minim. Cuma informasi beasiswa LPDP yang saya baca rigid setelah lulus S1. Saya juga sempat menghadiri seminar sosialisasi beasiswa LPDP di kampus saya. Sekedar flashback, saat pengadaan seminar tersebut ternyata ada sistem kuota yang dijalankan secara o