Skip to main content

Gender dan Media



Gambar diambil dari tempo.co


Women’s Studies Encyclopedia menyebutkan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang dipakai untuk membedakan peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.

Gender berbeda dengan sex. Istilah sex digunakan untuk membedakan laki-laki dan perempuan dalam tataran anatomi biologis, sedangkan gender lebih menekankan pada peran laki-laki dan perempuan di tataran sosial, kondisi budaya, nilai, sikap, mental, emosi dan segala aspek non biologis lainnya. Studi tentang gender lebih menekankan kepada perkembangan aspek maskulinitas dan feminitas seseorang.

Beberapa jurnal tentang kajian awal tentang gender menyebutkan teori-teori gender diadaptasi dari teori sosiologi dan psikologi. Namun, ternyata, teori tentang gender semakin merambah ke bidang lain, salah satunya teori gender dan media.


Penulis pernah menganalisis tampilan perempuan dan laki-laki di  dua media: majalah perempuan (Majalah Kartini) dan majalah laki-laki (Men’s Health Magazine). Isinya, majalah Kartini lebih membahas tentang kesehatan, gaya hidup, dan mode perempuan, sedang di majalah Men’s Health Magazine 80% isinya membahas tentang kesehatan dan sex orang dewasa lengkap dengan tampilan perempuan berbusana ‘minim’. Kesimpulannya, perempuan lebih sering menjadi objek menarik dalam media dibanding laki-laki. Objek menarik ini sebagian besar berkonotasi negatif daripada positif.

Contoh konkretnya yang sering muncul adalah representasi perempuan dan laki-laki dalam iklan mobil. Laki-laki selalu digambarkan sebagai talent yang mengemudikan mobil, lalu pada akhir iklan si perempuan muncul dengan pakaian sexy tergila-gila laki-laki dengan produk mobil yang mewah tersebut. Stereotip pun muncul dalam mindset kehidupan sosial. Kekuatan, kemewahan, kecerdasan selalu milik laki-laki dan perempuan adalah pelengkapnya.

Memang, saat ini mulai banyak media yang menyetarakan representasi perempuan dan laki-laki dalam peranannya. Iklan bumbu dapur mulai menggunakan laki-laki sebagai talent, tidak hanya perempuan. Ini menunjukkan, saat ini pekerjaan domestik rumah tangga tidak hanya dilakukan oleh perempuan tapi juga laki-laki. Namun, stereotip masyarakat tetap stagnant. Bagi sebagian besar orang, perempuan yang sempurna adalah perempuan yang mampu menguasai ranah domestik lebih daripada laki-laki. Dan laki-laki tetap dituntut mampu memberi nafkah keluarganya sampai titik darah penghabisan.

Sejarah perbedaan gender melewati proses yang panjang, dibentuk melalui kondisi sosial, budaya, keagamaan, dan negara. Dengan adanya proses ini, masyarakat sering menganggap gender sebagai ketentuan Tuhan yang bersifat permanen. Ini sebenarnya yang menyebabkan awal terjadinya ketidakadilan gender di tengah masyarakat.

Persoalan gender memang bukan persoalan baru dalam kajian ilmu sosial. Namun demikian, kajian tentang gender masih tetap aktual dan menarik, mengingat mayoritas masyarakat Indonesia masih belum memahami persoalan gender dan ketimpangan yang terjadi karena ketidakpahaman tentangnya.

Pada akhirnya, tulisan ini tidak hanya menitikberatkan tentang equality (kesetaraan) gender antara perempuan dan laki-laki, tapi kita juga menganalisis gender dari segi sejarah, kepercayaan, budaya, interaksi sosial, dan efeknya terhadap ranah professional.

Semoga bermanfaat.


“Love is not getting high on fantasies of romance, the perfect lover, absolute happiness and sexual ecstasy. Love is based on a two way communication and respect, and that only exists between equals.” (Taken from goodreads.com)      

 
Tulisan ini merupakan ToR yang telah didiskusikan dengan awak LPM Kavling 10 pada Jumat, 17 Mei 2013. Hasil diskusi tentang gender dan media ini akan diposting ke tulisan berikutnya.   



 

Comments

  1. Kekuatan, kemewahan, kecerdasan selalu milik laki-laki dan perempuan adalah pelengkapnya.
    Sepertinya cocok untuk wanita wanita yang cantik apalagi untuk pria yang mapan biasanya selalu dikelilingi oleh wanita wanita cantik tersebut
    Niche Blog :)

    ReplyDelete
  2. Menarik sekali postingannya. Menambah wawasan saya ttg sex dan gender. :)

    ReplyDelete
  3. kalau masalah iklan, kita kembali lagi ke consumen culture, perempuan sering menjadi target market para pengiklan. hal tersebut dikarenakan perempuan sebagai pemegang tugas domestik memiliki kekuasaan untuk memilih apa yang harus dibeli untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. selain itu, perempuan sering menjadi pemberi saran kepada anggota keluarga lainnya untuk menggunakan atau tidak sebuah produk.

    itulah mengapa, ibu2 rumah tangga menjadi peran yang hampir selalu ada dalam iklan-iklan di media massa, khususnya televisi

    ReplyDelete
  4. Wanita sangat mulia ketika disebut dengan sebutan "Ibu". Sssssiiiiiiapapun ingin hormat.
    kunjung balik ya tipsdankabarkita.blogspot

    ReplyDelete
  5. [OOT] Semua media itu pasti menyuarakan atas dasar kehendak yg memguasainya. Jika yg menguasai adalah kaum liberalis, maka semua berita tentang kapitalis akan di expose besar-besaran, jika yang menguasai media adalah sosialis, maka ajaran komunis yg akan di sanjung-sanjung, dll.

    ReplyDelete
  6. Gender, perempuan dan laki-laki. Aku mulai memahami perbedaannya. Nice info

    ReplyDelete
  7. Sayangnya, sekarang ini banyak sekali perempuan yang sudah nyaman akan dirinya sendiri yang dianggap sebagai 'pelengkap' laki-laki.

    ReplyDelete
  8. oh begituuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu................ dari dua sampling bisa langsung menggenalisir ya? metodenya pakai apa itu mbak?

    saya kok jadi bertanya dengan kalimat ini ya....
    "Kesimpulannya, perempuan lebih sering menjadi objek menarik dalam media dibanding laki-laki. Objek menarik ini sebagian besar berkonotasi negatif daripada positif."
    positif menurut siapa? negatif menurut siapa? kalau netral? hehehehehehe

    ReplyDelete
  9. gender.... menurut saya sih.. laki-laki dan perempuan udah memiliki peranannya masing-masing.. jadi, kesetaraan gender menurut saya adalah jika perempuan melakukan apa yang memang harus mereka lakukan sesuai kodratnya, dan jika laki-laki melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan sesuai kodratnya.. maka itu yang saya sebut kesetaraan gender....

    ReplyDelete
  10. postingan blog ini sangat bagus kak

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

INTO THE WILD: Kisah Tragis sang Petualang Muda

Penulis: Jon Krakauer Penerjemah: Lala Herawati Dharma Penyunting: Maria M. Lubis Penerbit: Qanita Tahun: Februari, 2005 Tebal: 442 halaman “Aku ingin pergerakan dinamis, bukan kehidupan yang tenang. Aku mendambakan kegairahan, bahaya, dan kesempatan untuk mengorbankan diri bagi orang yang kucintai. Aku merasakan di dalam diriku, tumpukan energi sangat besar yang tidak menemukan penyaluran di dalam kehidupan kita yang tenang.” – Leo Tolstoy (“ Family Happines ”) Tokoh utama dalam buku non-fiksi ini adalah Christopher Johnson McCandless, seorang pemuda berusia 24 tahun yang telah merampungkan studinya di Universitas Emory pada tahun 1990. Ia adalah seorang anak dari keluarga kaya di Kota Washington, D.C. Ayahnya, Walt McCandless adalah seorang insinyur angkasa luar yang bekerja untuk perusahaan konsultan miliknya sendiri bernama User System, Inc. Mitra kerjanya adalah ibu Chris, Billie. Chris McCandless pemuda pandai. Ia lulus dengan indeks prestasi kum

Cemburu Itu Peluru

Judul: Cemburu itu Peluru Penulis: Andy Tantono, Erdian Aji, Kika Dhersy Putri, Novita Poerwanto, Oddie Frente   Penerbit: Gramedia Pustaka Utama   Tahun: 2011   Tebal: 160 halaman ISBN: 978-979-22-6868-3 DADAKU SESAK. Puisi yang kugubah sepenuh hati untukmu, kau bacakan pada sahabatku.( @Irfanaulia, via @fiksimini)     Berawal dari sebuah akun twitter @fiksimini, lima penulis antara lain Erdian Aji, Novita Poerwanto, Oddie Frente, Kika Dhersy Putry, dan Andy Tantono berhasil membawa angin segar dalam mengembangkan karya lewat benih fiksi 140 karakter. Singkat, namun ‘ledakan’nya terasa.   Lima penulis ini memiliki masing-masing ciri khas dalam menuliskan fiksinya dan hasilnya jarang mengecewakan. Ide cerita dari 140 karakter menghasilkan beragam cerita super pendek bertema cinta dan kecemburuan. Cinta dalam Cemburu itu Peluru digambarkan begitu dekat dengan realita, senyaman apa pun sengeri bagaimana pun. Cinta dalam Cemburu itu Peluru tidak hanya dimaknai se

SENJA DI JAKARTA

Penulis         : Mochtar Lubis Penerbit       : Yayasan Obor Indonesia Tahun          : Juli 2009 (Cetakan Kedua) Tebal buku   : 405 halaman Ukuran     : 17cm x 11 cm   Senja di Jakarta merupakan novel yang mengusung tema kehidupan politik dan sosial di Jakarta selama kurun waktu 1960an. Awalnya, novel ini terbit dalam bahasa Inggris dengan judul Twilight in Jakarta pada tahun 1963, dan terbit dalam bahasa Melayu tahun 1964. Sebelum Mochtar Lubis memulai kisah dalam novel ini, ia menuliskan bahwa semua pelaku dan tokoh serta kejadian dalam cerita ini tidak pernah ada dan tidak pernah terjadi sebenarnya. Secara keseluruhan, cerita yang disajikan oleh penulis memang tidak bisa dipastikan benar-benar terjadi, namun pada dasarnya detail peristiwa yang dituliskannya memang pernah terjadi dan sering terjadi di Indonesia.