Skip to main content

UKM : Si 'Kecil' yang Bertahan Meski Krisis

Gapura menuju Sentra Industri Tempe Sanan, Malang
Foto: Fitrotul Aini


UKM menggeliat bagai biji mangga. Awalnya kecil, namun lama-lama berakar, semakin kuat, tumbuh pohon, dan buahnya yang ranum bisa dirasakan oleh semua orang.

UKM (Usaha Kecil Menengah) merupakan sebuah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak hanya 200 juta rupiah, itupun tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998, pengertian UKM adalah “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.”

Kegiatan UKM meliputi kegiatan ekonomi yang sebagian besar berbentuk usaha kecil yang bergerak di sektor pertanian. UKM memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Sebab, selain membuka peluang usaha, UKM juga mampu menyerap tenaga kerja, sehingga dapat meminimalisir pengangguran.  Dalam krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia beberapa waktu lalu, UKM ternyata mampu bertahan dibandingkan perusahaan-perusahaan lain yang memiliki skala besar. 


UKM dan Pengaruhnya terhadap Masyarakat

Sanan, begitu daerah itu disebut. Sanan merupakan salah satu daerah di kota Malang yang perekonomiannya berkembang pesat karena usaha keripik tempenya. Lokasi UKM ini terletak di Jl. Sentra Industri Tempe Sanan. Di sana terdapat banyak sekali home industry tempe yang masih tradisional. Hampir 80% penduduk Kampung Sanan menyulap rumah mereka menjadi sebuah toko keripik tempe. Sanan telah lama dikenal sebagai sentra usaha keripik tempe di Malang dan usahanya pun dijalankan secara turun-temurun. Tidak diketahui pasti sejak kapan dan siapa yang mencetuskan pertama kali ide membuat usaha keripik tempe ini.

"Usaha tempe sudah menjadi usaha turun-temurun di kampung ini," ujar Surip Ismail, salah satu pengrajin sekaligus penjual keripik tempe di sentra tersebut.  Menurut Surip yang merintis usahanya sejak 10 tahun lalu, dulunya usaha keripik tempe hanya dijalankan oleh dua sampai tiga orang, namun selang beberapa waktu akhirnya pengrajin tempe terus bertambah. Surip mengaku senang dengan usaha keripik tempenya, sebab selain meraup banyak keuntungan di tokonya, Surip juga mendapat keuntungan dari distribusi keripik tempenya ke luar kota. "Distribusi keripik tempe saya sampai ke Denpasar, Lombok, dan kota-kota lain," ungkapnya.  

Mengenai pengaruh yang dirasakan oleh masyarakat sekitar pengusaha keripik tempe Sanan, Surip menyatakan bahwa masyarakat merasa diuntungkan oleh home industry tempe yang pesat di kampung mereka. Selain menopang ekonomi, masyarakat juga terbantu untuk mendapat pekerjaan dari adanya sentra UKM ini. "Pemuda yang sudah lulus sekolah namun belum memiliki pekerjaan, kami berdayakan untuk menjadi pengrajin tempe, jadi di sini tidak ada istilah orang nganggur," jelas Surip. 


Selain home industry tempe Sanan, terdapat home industry lain di luar Malang yang tak kalah suksesnya. Tanggulangin misalnya, merupakan salah satu daerah pemasok tas dan koper terbesar di Indonesia. Intako (Industri Tas dan Koper) di Tanggulangin mulai berdiri sekitar tahun 1970-1976 yang diawali dengan pembuatan koper, dilanjut dengan pembuatan tas dan lain-lain dengan berbagai macam variasi. Sebelum adanya Intako yang saat ini menjadi buruan masyarakat, keadaan ekonomi masyarakat sekitar Tanggulangin masih merangkak. “Sekitar perkembangan bagus itu tahun 90-an, lalu tahun 80-an toko-toko kecil di sini gak ada hanya Intako membuat show room kecil gitu aja,” jelas Sulhan selaku ketua RT setempat.

Seiring berjalannya waktu, Intako yang semula penjualan dan pembuatannya hanya berada di satu pusat desa saja memindahkan tempat berdagang dekat dengan jalan raya, karena adanya krisis moneter. Keadaan itu pula yang membuat perkembangan sekarang menjadi menurun, karena masyarakat lebih memudahkan pembeli dari luar kota dan mencari lahan yang luas. Pegawai yang diangkat tidak jauh adalah kerabat keluarga, kalaupun bukan dari kerabat keluarga dari tetangga sekitar sehingga di Desa Tanggulangin tidak ada orang yang menganggur. 

Seperti yang dijelaskan Yono, pemilik salah satu toko di Tanggulangin, “di sini tidak ada orang nganggur, anak kecil kelas satu SD saja sudah belajar membantu membuat tas. Membantu juga untuk perekonomian masyarakat disini.” Namun, ada juga warga sekitar Intako yang sengaja tidak memanfaatkan keberadaan home industry tersebut. Leni misalnya. Ia adalah salah satu warga yang tinggal di sekitar lingkungan Intako, namun ia mengaku tidak pernah berbelanja di sana. “Yang belanja di situ (INTAKO, red) kebanyakan dari luar kota. Saya sendiri kalau belanja tas di tempat lain, belanja di situ harganya mahal,” ungkapnya. 


UKM Masih “Kecil”

UKM tidak lagi dipandang sebagai usaha kecil yang hanya memiliki modal dan produksi yang relatif sedikit. Namun, kendala yang dihadapi UKM pun ternyata cukup besar dan membuat pertumbuhan UKM di Indonesia seringkali tersendat. Kendala ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal bisa terjadi karena kurangnya modal yang dimiliki UKM, kualitas sumber daya manusia yang relatif rendah, lemahnya jaringan usaha dengan pasar, dan lain sebagainya. Faktor eksternal meliputi terbatasnya sarana dan prasarana usaha, terbatasnya akses informasi serta sifat ketahanan produk yang relatif pendek.  



Pembuatan kripik tempe di Sanan, Malang
Foto: Fitrotul Aini

Kebanyakan pengrajin keripik tempe di Sanan hanya mampu meraih pasar domestik, sebab masa kadaluarsa produk keripik tempe hanya bertahan sampai tiga bulan. Hal ini disampaikan oleh Surip, pengrajin tempe yang mengawaliusahanya sejak tahun 2000. “Sebenarnya saya ingin memasarkan produk saya hingga pasar luar negeri, tapi ketahanan keripik tempe ini pendek, jadi ya hanya bisa sampai luar kota di Indonesia saja,” jelas Surip. 

Selain itu, kualitas sumber daya manusia di Sanan relatif rendah, sebab home industry ini berkembang secara turun-temurun. Keterbatasan kualitas SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal.     

Permodalan pihak perbankan selama ini lebih mencurahkan perhatian pada perusahaan besar. Baru beberapa tahun belakangan ini pemerintah melalui sejumlah perbankan yang ditunjuk meluncurkan program KUR (Kredit Usaha Rakyat) untuk usaha-usaha ekonomi kerakyatan. UKM masih sulit memperoleh fasilitas kredit meski pemerintah telah menerbitkan kebijakan KUR. 

Bank penyalur KUR masih meminta agunan tambahan padahal kebanyakan UKM tidak mempunyai aset yang memadai. Biasanya bank mengajukan persyaratan tambahan agunan sebesar 30% dari total kredit, karena kredit yang dijamin perusahaan asuransi cuma 70% dari kredit, sehingga sisanya dibebankan pada UKM. 

UKM yang tersebar di Indonesia sangat banyak, namun ternyata jumlah yang sekian banyak tersebut belum sesuai dengan penduduk Indonesia yang juga relatif banyak. Situs Media Indonesia sekitar awal Februari 2011 lalu menyebutkan jika dari 231,83 juta penduduk, hanya terdapat 564.240 unit usaha berskala kecil menengah dan besar atau 0,24% dari total penduduk. 

Padahal menurut para ahli, suatu negara hanya bisa maju jika jumlah wirausahanya sebesar 2% dari total penduduk. "Untuk memenuhi itu, Indonesia membutuhkan sebanyak 4,07 juta wirausaha baru," demikian yang diungkapkan Syarief Hasan, Menteri Koperasi dan UKM yang diberitakan Media Indonesia, 30 Oktober 2010. 


Pentingnya Peran Negara  

Manfaat UKM yang dirasakan oleh berbagai pihak baik pelaku ekonomi, masyarakat, khususnya pemerintah cukup besar. UKM memiliki peranan penting dalam laju perekonomian masyarakat. UKM membantu negara dalam menciptakan lapangan kerja baru yang dapat mendukung pendapatan rumah tangga. UKM memerlukan perhatian khusus dan dukungan melalui informasi yang akurat, agar terjadi link bisnis yang terarah antara pelaku usaha kecil dan menengah dengan elemen daya saing usaha, yaitu jaringan pasar.  

Saat ini, jumlah UKM di Malang tercatat sekitar 500 unit, 120 di antaranya tergabung dalam asosiasi UKM. Dari jumlah itu, 20% UKM tergolong pemula. Situs kementerian koperasi dan usaha kecil menengah Republik Indonesia menginformasikan sekitar pertengahan November lalu. Isi dalam situs tersebut menginformasikan bahwa dinas koperasi dan usaha kecil menengah Kota Malang memacu koneksi bisnis dan pemasaran pengrajin tempe melalui pendampingan dan pameran di berbagai tempat.   


Selain itu, pemerintah mengupayakan pengembangan UKM di Kota Malang untuk bergabung dalam koperasi, agar pembinaan bisa dilaksanakan secara fokus dan berkeadilan. Namun, pemerintah juga mengaku jika anggaran negara untuk UKM terbatas, hanya Rp 2,5 miliar pada tahun 2012. Maka dari itu, pemerintah melobi Kementerian Koperasi (kemenkop) dan UKM agar mengucurkan program bantuan di Kota Malang.

Bukan hanya pemerintah saja yang berperan untuk menyelesaikan kendala yang dihadapi UKM, masyarakat pun memiliki peran penting dalam penyelesaiannya. Dengan memulai dari menanamkan kecintaan pada produk dalam negeri, masyarakat setidaknya turut mengembangkan dan mendukung keberadaan UKM di Indonesia.(ely/san)






Tulisan ini merupakan hasil reportase tentang Usaha Kecil Menengah yang telah dipublikasikan pada Majalah Kavling 10 Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa Universitas Brawijaya edisi perdana, terbit Maret 2012.









 

Comments

  1. Jadi inget waktu ada seminar di Kampusku tentang UKM dan manfaatnya.... Untuk UKM sendiri harus ada kemauan meski kecil - kecilan kalo ada kemauan dan kerja keras pasti usaha yang dijalankan akan berhasil.
    nice Blog :)

    ReplyDelete
  2. baru tahu pengertian UKM menengah mbak, itu pun ada lagi UKM "kecil"

    memang ahrusnya masyarakt juga dukung

    ReplyDelete
  3. awalnya saya nggak terlalu perhatian dengan UKM, tapi semenjak lebih akrab dengan teman yang punya jiwa usaha, saya jadi lebih ngelirik tentang ini. Menciptakan lapangan kerja dan memberdayakan orang sekitar, saya lihat sendiri dua manfaatnya yang ini :)

    ReplyDelete
  4. Pelaku UKM itu orang2 yg penuh kaya ide, sektor ekonomi paling tahan banting. Sila mampir di https://infoukmmalang.blogspot.co.id/

    ReplyDelete
  5. prihatin dengan kondisi harga pasaran keripik tempe yang makin anjllok, saat ini kami sedang merintis paguyuban keripik tempe sanan

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

INTO THE WILD: Kisah Tragis sang Petualang Muda

Penulis: Jon Krakauer Penerjemah: Lala Herawati Dharma Penyunting: Maria M. Lubis Penerbit: Qanita Tahun: Februari, 2005 Tebal: 442 halaman “Aku ingin pergerakan dinamis, bukan kehidupan yang tenang. Aku mendambakan kegairahan, bahaya, dan kesempatan untuk mengorbankan diri bagi orang yang kucintai. Aku merasakan di dalam diriku, tumpukan energi sangat besar yang tidak menemukan penyaluran di dalam kehidupan kita yang tenang.” – Leo Tolstoy (“ Family Happines ”) Tokoh utama dalam buku non-fiksi ini adalah Christopher Johnson McCandless, seorang pemuda berusia 24 tahun yang telah merampungkan studinya di Universitas Emory pada tahun 1990. Ia adalah seorang anak dari keluarga kaya di Kota Washington, D.C. Ayahnya, Walt McCandless adalah seorang insinyur angkasa luar yang bekerja untuk perusahaan konsultan miliknya sendiri bernama User System, Inc. Mitra kerjanya adalah ibu Chris, Billie. Chris McCandless pemuda pandai. Ia lulus dengan indeks prestasi kum

Cemburu Itu Peluru

Judul: Cemburu itu Peluru Penulis: Andy Tantono, Erdian Aji, Kika Dhersy Putri, Novita Poerwanto, Oddie Frente   Penerbit: Gramedia Pustaka Utama   Tahun: 2011   Tebal: 160 halaman ISBN: 978-979-22-6868-3 DADAKU SESAK. Puisi yang kugubah sepenuh hati untukmu, kau bacakan pada sahabatku.( @Irfanaulia, via @fiksimini)     Berawal dari sebuah akun twitter @fiksimini, lima penulis antara lain Erdian Aji, Novita Poerwanto, Oddie Frente, Kika Dhersy Putry, dan Andy Tantono berhasil membawa angin segar dalam mengembangkan karya lewat benih fiksi 140 karakter. Singkat, namun ‘ledakan’nya terasa.   Lima penulis ini memiliki masing-masing ciri khas dalam menuliskan fiksinya dan hasilnya jarang mengecewakan. Ide cerita dari 140 karakter menghasilkan beragam cerita super pendek bertema cinta dan kecemburuan. Cinta dalam Cemburu itu Peluru digambarkan begitu dekat dengan realita, senyaman apa pun sengeri bagaimana pun. Cinta dalam Cemburu itu Peluru tidak hanya dimaknai se

SENJA DI JAKARTA

Penulis         : Mochtar Lubis Penerbit       : Yayasan Obor Indonesia Tahun          : Juli 2009 (Cetakan Kedua) Tebal buku   : 405 halaman Ukuran     : 17cm x 11 cm   Senja di Jakarta merupakan novel yang mengusung tema kehidupan politik dan sosial di Jakarta selama kurun waktu 1960an. Awalnya, novel ini terbit dalam bahasa Inggris dengan judul Twilight in Jakarta pada tahun 1963, dan terbit dalam bahasa Melayu tahun 1964. Sebelum Mochtar Lubis memulai kisah dalam novel ini, ia menuliskan bahwa semua pelaku dan tokoh serta kejadian dalam cerita ini tidak pernah ada dan tidak pernah terjadi sebenarnya. Secara keseluruhan, cerita yang disajikan oleh penulis memang tidak bisa dipastikan benar-benar terjadi, namun pada dasarnya detail peristiwa yang dituliskannya memang pernah terjadi dan sering terjadi di Indonesia.