Skip to main content

HOUSE OF SAMPOERNA: Mengawetkan Megahnya Sejarah Rokok

Museum House of Sampoerna
(Gambar diambil dari architectureforthefuture.blogspot.com)



Merokok dapat menyebabkan
kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan
kehamilan dan janin

Peringatan ini tidak akan kita temui ketika masuk di museum rokok House of Sampoerna, karena di tempat ini pengunjung akan dimanjakan oleh berbagai warna sejarah perjalanan tembakau dan rokok Sampoerna di Indonesia. Museum yang diresmikan sejak 9 Oktober 2003 ini berada di kawasan Surabaya Lama. Bangunan museum tersebut sudah berdiri sejak lama. Liem Seeng Tee, pendiri Sampoerna membeli kompleks museum itu untuk rumah keluarga dan pabrik pertama pada tahun 1932.

Liem Seeng Tee bersama istrinya bermaksud menjadikan kompleks House of Sampoerna sebagai fasilitas produksi pertama dan utama untuk rokok-rokok Sampoerna. Dulunya, kompleks House of Sampoerna disebut dengan Pabrik Taman Sampoerna, dan sampai sekarang pabrik tersebut masih beroperasi hingga kini.

Lebih Dalam dengan Kompleks Sampoerna

Gedung museum House of Sampoerna berdiri dengan tiang kokoh yang mirip replika rokok Sampoerna. Pintu masuk dan jendelanya sengaja dipilih yang berdesain kuno zaman Belanda. Memasuki museum, pengunjung akan disambut kolam ikan koi dengan air mancur. Bau tembakau mulai menyeruak di ruangan. Bau tersebut berasal dari beberapa karung tembakau yang sengaja dipamerkan.

Masuk lebih dalam, pengunjung mulai melihat-lihat dokumentasi foto sejarah House of Sampoerna. Mulai dari pendiri dan divisi yang mengisi kekuasaan Sampoerna dipajang di dinding-dinding. Foto lainnya menunjukkan sejarah pengolahan tembakau hingga menjadi rokok. Foto sejarah tersebut menampilkan para perempuan pekerja pelinting rokok zaman dulu.

Museum ini juga menyimpan aneka bahan baku rokok dari berbagai daerah di Indonesia dan negara di dunia. Berbagai macam produk rokok produksi Sampoerna dipamerkan di dalam almari kayu sehingga pengunjung bisa menikmati tampilan rokok zaman dulu. Replika warung rokok juga menjadi keunikan tersendiri dalam museum. Sepeda motor kuno, delman, dan mesin pencetak bungkus rokok turut meramaikan koleksi sejarah rokok Sampoerna. Selain itu terdapat koleksi peralatan marching band Sampoerna.

Pengunjung museum ini tidak perlu khawatir dimana lokasi penjualan cinderamata, karena di lantai dua, pengunjung bisa memilih aneka souvenir unik mulai dari batik, gantungan kunci, kaos, dan sebagainya. Di lantai dua ini pengunjung bisa langsung melihat para perempuan pelinting rokok. Fasilitas produksi rokok lintingan tangan ini dilakukan oleh 2.500 wanita di pabrik House of Sampoerna. Kecepatan para wanita pelinting rokok ini diperkirakan lebih dari 325 batang rokok per jam.  

Bangunan selain House of Sampoerna adalah Café House of Sampoerna yang terletak di sisi kiri. Café ini kental dengan dekorasi seni dan rokok yang didesain sangat kreatif serta masih menyimpan nilai sejarah. Di café ini ditawarkan aneka hidangan selera Barat dan Asia dipersiapkan khusus untuk memuaskan selera pengunjung.

Cafe House of Sampoerna
(Gambar diambil dari eastjava.com)

Di belakang gedung café terdapat Art Gallery atau Galeri Seni House of Sampoerna yang sayang dilewatkan. Galeri ini memamerkan berbagai karya lukisan dari seniman berbakat Indonesia. Pameran karya lukisan ini selalu diperbarui dengan hasil-hasil karya unik yang patut diapresiasi.

Sisi kanan gedung House of Sampoerna ditempati sebuah rumah sebagai tempat tinggal keluarga Sampoerna. Memang, Liem Seeng Tee meyakini bahwa ia bersama keluarganya harus tinggal sekompleks dengan pabrik agar lebih efektif dan efisien dalam mengendalikan usahanya. Sejak dulu hingga sekarang, menjadi tradisi keluarga Sampoerna untuk memiliki rumah di dalam kompleks pabrik.

Selain menawarkan ragam sejarah di museum dan cita rasa kuliner di café, House of Sampoerna juga menawarkan program lain yang paling disukai pengunjung, yaitu Surabaya Heritage Track (SHT) atau Menelusuri Jejak Warisan Surabaya. Pengunjung akan diajak keliling dengan bus merah SHT untuk melihat daerah utara Surabaya.

Bus Surabaya Heritage Track (SHT)
Majalah Surabaya City Guide edisi Juni 2012 menulis dengan menaiki SHT, pengunjung dapat menikmati dan mengenal bangunan-bangunan cagar budaya, sejarah kota Surabaya yang terkenal dengan kota Pahlawan, cerita Babad Surabaya, kekayaan ragam budayanya serta mendapatkan informasi tempat-tempat wisata lain di Surabaya.

Kompleks House of Sampoerna membuka pintu bagi pengunjung mulai dari pukul 09.00 sampai 22.00. Lokasinya berada di Taman Sampoerna 6, Surabaya. Dari Terminal Purabaya langsung cari bus kota tujuan Jembatan Merah Plaza. Dari Jembatan Merah Plaza dapat dilanjutkan dengan becak maupun berjalan kaki. Disarankan lebih mudah menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju museum ini.

Megah Tidak Selalu Indah

Dibalik megahnya museum House of Sampoerna, pengunjung pasti meninggalkan kesan tersendiri setelah mengunjungi museum ini. Dari kacamata berbeda, penilaian terhadap museum ini juga bervariasi.

Kemewahan yang dipamerkan keluarga Sampoerna menunjukkan betapa berhasilnya bangsa lain mendirikan usaha sesukses itu di Indonesia dan mampu bertahan lama. Melihat dari koleksi foto sejarahnya, orang asli Indonesia malah menjadi buruh dalam produksi rokok Sampoerna ini. Mirisnya, pekerja pelinting rokok berjumlah ribuan itu adalah wanita. Tidak ada laki-laki.

Wanita para pelinting rokok zaman dulu
(Dokumentasi House of Sampoerna)
Para pekerja wanita di House of Sampoerna
(Gambar diambil dari 
thesupplychainlab.wordpress.com)

Bias gender pekerjaan ini memang tidak etis dipermasalahkan, mengingat wanita memang memiliki ketelatenan lebih tinggi daripada laki-laki. Namun, melihat ribuan buruh wanita bekerja mulai pagi hingga petang tersebut makin jelas menunjukkan perempuan asli Indonesia masih banyak yang belum sejahtera.

Wacana berbagai penyakit yang disebabkan oleh rokok begitu samar bahkan hilang jika mengunjungi museum ini. Pengunjung hanya terfokus dengan decakan kagum pada setiap elemen dan koleksi produksi rokok Sampoerna. Rokok dibingkai menjadi camilan mewah yang patut dicoba tanpa sama sekali memberi pengetahuan bagi pengunjung tentang bahaya menghisap rokok.

Koleksi museum rokok ini sebagian besar menunjukkan barang-barang antik dan mewah yang dimiliki oleh keluarga Sampoerna. Penampilan bahan pokok tembakau asli Indonesia di museum ini malah memberi arti bahwa orang Indonesia sangat kurang lihai memanfaatkan potensi alamnya sendiri, sehingga bertriliun ton tembakau dan cengkeh dikuasai oleh bangsa lain. Ironi ini bukan tentang rasisme bangsa lain, tapi lebih kepada introspeksi diri sebagai warga keturunan Indonesia tulen.

Terlepas dari disclosure terhadap museum House of Sampoerna, nyatanya museum ini berhasil menarik hati wisatawan baik domestik maupun mancanegara. House of Sampoerna berhasil mendapat penghargaan sebagai destinasi wisata Surabaya terbaik tahun lalu. Sebagai pengunjung sebaiknya nikmati saja sejarahnya, bukan rokoknya. Selamat bermuseum !


Gambar diambil dari flickr.com


Comments

  1. Replies
    1. sudah nima, ini salah satu museum yang wajib dikunjungi kalau mampir ke surabaya, hehe

      Delete
  2. Di museum ini bisa bebas ngerokok ga mbak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tidak ada larangan merokok mas arif, rokoknya sekalian sampoerna kalau bisa, haha

      Delete
  3. Replies
    1. Lokasinya berada di Taman Sampoerna 6, Surabaya mas aryanto. Sudah ada penjelasannya di paragraf setelah gambar bus merah SHT di atas

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

INTO THE WILD: Kisah Tragis sang Petualang Muda

Penulis: Jon Krakauer Penerjemah: Lala Herawati Dharma Penyunting: Maria M. Lubis Penerbit: Qanita Tahun: Februari, 2005 Tebal: 442 halaman “Aku ingin pergerakan dinamis, bukan kehidupan yang tenang. Aku mendambakan kegairahan, bahaya, dan kesempatan untuk mengorbankan diri bagi orang yang kucintai. Aku merasakan di dalam diriku, tumpukan energi sangat besar yang tidak menemukan penyaluran di dalam kehidupan kita yang tenang.” – Leo Tolstoy (“ Family Happines ”) Tokoh utama dalam buku non-fiksi ini adalah Christopher Johnson McCandless, seorang pemuda berusia 24 tahun yang telah merampungkan studinya di Universitas Emory pada tahun 1990. Ia adalah seorang anak dari keluarga kaya di Kota Washington, D.C. Ayahnya, Walt McCandless adalah seorang insinyur angkasa luar yang bekerja untuk perusahaan konsultan miliknya sendiri bernama User System, Inc. Mitra kerjanya adalah ibu Chris, Billie. Chris McCandless pemuda pandai. Ia lulus dengan indeks prestasi kum

Cemburu Itu Peluru

Judul: Cemburu itu Peluru Penulis: Andy Tantono, Erdian Aji, Kika Dhersy Putri, Novita Poerwanto, Oddie Frente   Penerbit: Gramedia Pustaka Utama   Tahun: 2011   Tebal: 160 halaman ISBN: 978-979-22-6868-3 DADAKU SESAK. Puisi yang kugubah sepenuh hati untukmu, kau bacakan pada sahabatku.( @Irfanaulia, via @fiksimini)     Berawal dari sebuah akun twitter @fiksimini, lima penulis antara lain Erdian Aji, Novita Poerwanto, Oddie Frente, Kika Dhersy Putry, dan Andy Tantono berhasil membawa angin segar dalam mengembangkan karya lewat benih fiksi 140 karakter. Singkat, namun ‘ledakan’nya terasa.   Lima penulis ini memiliki masing-masing ciri khas dalam menuliskan fiksinya dan hasilnya jarang mengecewakan. Ide cerita dari 140 karakter menghasilkan beragam cerita super pendek bertema cinta dan kecemburuan. Cinta dalam Cemburu itu Peluru digambarkan begitu dekat dengan realita, senyaman apa pun sengeri bagaimana pun. Cinta dalam Cemburu itu Peluru tidak hanya dimaknai se

Beasiswa LPDP: Mengeja Kemungkinan dengan Keyakinan

Setelah bertahun-tahun blog ini tidak terjamah, saya akhirnya menulis lagi. Akhir-akhir ini saya sering blogwalking tentang berbagai cerita pengirim lamaran beasiswa LPDP. Menarik dan informatif, sehingga saya pun ingin bercerita hal yang sama dengan sudut pandang saya. This is based on true story. Ini berdasarkan pengalaman saya yang mengikuti seleksi periode 3 tahun 2015 yang diselenggarakan sejak April-September. Sebelum Apply Lpdp… Saya ingin share cerita pengalaman saya apply beasiswa LPDP. Beasiswa dari pemerintah yang lagi hits di kalangan pemuda sekarang. Selama kuliah S1, saya tidak pernah punya pengalaman apply beasiswa. Pengetahuan saya seputar beasiswa juga minim. Cuma informasi beasiswa LPDP yang saya baca rigid setelah lulus S1. Saya juga sempat menghadiri seminar sosialisasi beasiswa LPDP di kampus saya. Sekedar flashback, saat pengadaan seminar tersebut ternyata ada sistem kuota yang dijalankan secara o