Skip to main content

Leher Angsa

Para pemain cilik dalam film Leher Angsa:
Bintang Panglima, Yudi Miftahudin, Fachri Azhari, dan Agus Prasetyo

Sekilas terlihat poster film berjudul Leher Angsa, kita pasti langsung berpikir film ini bercerita tentang anak-anak. Memang, film produksi Alenia Pictures ini bercerita tentang anak-anak di Kampung Sembilun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat yang menginginkan adanya WC leher angsa di setiap rumah, agar warga tidak membuang hajat di sungai.

Adalah Bintang Panglima yang berperan sebagai Aswin, tokoh utama dalam film ini. Ibu kandungnya (Tike Pryatnakusumah) meninggal karena kejatuhan pesawat ketika bekerja di ladang. Ayahnya, Pak Tampan (Lukman Sardi) digambarkan sebagai orang yang pelit, malas bekerja, dan suka mengadu ayam.

Pak Tampan kemudian mendapat uang santunan dari pihak pesawat terbang, yang menyebabkan istrinya meninggal. Uang itu dipakai untuk menikah lagi dengan Alexandra Gottardo yang menjadi inang baru bagi Aswin.


Aswin gemar sekali membaca buku. Seluruh buku di perpustakaan sekolahnya sudah habis ia baca. Namun Pak Tampan tidak mau membelikannya buku baru, sehingga ia terus mengulang lagi buku yang sudah ia baca. Aswin juga pintar mengarang cerita. Ketika mendapat tugas mengarang dari guru di sekolahnya, ia sangat lihai menceritakan tentang ayahnya yang ia samarkan namanya.

Aswin bukan satu-satunya pemeran anak-anak dalam film ini. Sapar (Yudi Miftahudin), Najib (Fachri Azhari) dan Johan (Agus Prasetyo) adalah teman akrab Aswin. Cerita film ini pun beralih fokus pada WC leher angsa yang sangat ingin mereka coba. WC ini hanya ada di rumah bapak kepala desa yang diperankan oleh Ringgo Agus Rahman.

Aswin dan teman-teman SD yang lain ingin meihat WC leher angsa di rumah bapak kepala desa, setelah mendapat materi tentang WC leher angsa dari pak guru. Sayangnya, sesampainya di rumah kepala desa, mereka tidak diperbolehkan untuk melihat, alasannya karena pak guru belum membuat surat permohonan peninjauan WC di rumah pak kepala desa.

Kebiasaan membuang hajat di sungai yang dilakukan oleh warga di kampung itu ternyata menimbulkan penyakit kulit yaitu bisul. Teman Aswin, Sapar tidak masuk sekolah beberapa hari karena bisulan. Sapar akhirnya bisa sembuh karena bisulnya meletus, setelah Johan memainkan biolanya. Kaitannya, permainan musik biola Johan sangat kacau sehingga Sapar yang tidak tahan akan suaranya tidak sengaja meletuskan bisulnya sendiri.

Setelah Sapar sembuh dari bisulnya, musibah datang menimpanya. Ayahnya yang berperan sebagai tukang tambang pasir meninggal dunia akibat longsor yang datang tiba-tiba. Musibah ini begitu memukul hati, namun anak-anak ini kembali bangkit dan melanjutkan cerita mereka.

Tidak hanya Sapar ternyata yang terkena bisul. Pak Tampan, ayah Aswin juga terkena bisul. Aswin pun mendapat ide mengarang cerita dari kisah ayahnya yang bisulan karena pelit tidak mau membeli WC leher angsa. Ayahnya tetap buang hajat di sungai yang menyebabkan bisulnya tidak sembuh-sembuh.

Cerita Leher Angsa ini diakhiri dengan sembuhnya Pak Tampan dari bisulnya karena pecah setelah Johan kembali diminta Aswin untuk memainkan biolanya. Teman-temannya kemudian menyebut Dokter Johan, karena ia berhasil menyembuhkan bisul dengan biolanya.

Sebelum menghadirkan cerita inti tentang WC leher angsa, film ini diawali dengan pengenalan sederhana tentang kegemaran orang tua yang selalu ditiru anak mereka. Johan suka bermain biola, karena ayahnya gemar bermain biola. Sapar, suka makan ubi, sama seperti ayahnya. Najib suka membersihkan giginya dengan tusuk gigi kemudian meludah, persis yang dilakukan ayahnya. Aswin sendiri suka mengadu ayam, sama yang dilakukan Pak Tampan. Tapi kebiasaan itu hilang setelah ibu kandungnya meninggal.

Leher Angsa ini sarat akan makna sindiran di dalamnya. Contohnya saja cerita Pak Tampan yang membenci kepala desa karena Pak Tampan kalah dengan kepala desa saat pemilihan. Hal ini sangat menyindir situasi politik negeri ini. Orang bisa saling membenci karena kalah dalam persaingan tertentu. Birokrasi negara yang dibuat ruwet juga disindir dalam film ini, ketika pak kepala desa melarang anak-anak SD melihat WC leher angsa miliknya.

Film berdurasi 115 menit ini juga memperkaya gambar dengan animasi untuk mendukung konsep cerita yang berisi sense humor. Animasi kotoran manusia yang berjalan ke aliran sungai kemudian dimakan ikan mendukung animasi cerita yang membuat penonton anak-anak tertawa. Namun animasi ini juga bisa menimbulkan interpretasi yang tidak nyaman bagi sebagian penonton.

Beberapa variasi konflik dalam cerita sengaja ditampilkan untuk menghindari efek jenuh bagi penonton, namun pada akhirnya malah tidak jelas cerita dan pesan yang ingin disampaikan. Misalnya cerita animasi kucing yang sedang mengejar ikan asin. Kucing ini pun akhirnya gagal mendapatkan ikan asin, karena Aswin memberikannya pada Sapar.

Leher Angsa kemudian dipahami sebagai istilah lain dari WC. Pada akhirnya, film ini menceritakan tentang tabiat warga desa yang belum bisa menggunakan WC leher angsa, karena kebiasaan mereka yang terlanjur selalu membuang hajat di sungai.


Salah satu adegan dalam film Leher Angsa:
Bintang Panglima, Alexandra Gottardo, dan Lukman Sardi

Pada dasarnya, film Leher Angsa ini sarat akan pesan moral tentang kehidupan anak-anak, keluarga, dan lingkungan sekitarnya. Film ini perlu dikonsumsi oleh anak-anak agar mereka bisa belajar bersosialisasi dan menerima keadaan ketika mendapat musibah. Pesan moral akan motivasi juga begitu ditekankan didalamnya.

Menurut review yang diunggah oleh Tempo dan Kompas, film Alenia Pictures ini memang selalu mengusung konsep tentang peran anak-anak dan orang dewasa yang menekankan pada kekayaan Indonesia. Dalam film ini, Alenia Pictures memamerkan kekayaan alam Lombok seperti Gunung Rinjani, sawah, sungai, dan pantai yang sangat apik. Gambaran ini sangat mendukung kecintaan penonton kepada Indonesia yang sangat kaya akan sumber daya alam. Lalu? tunggu apa lagi. Selamat menonton Leher Angsa !



Comments

  1. Kayaknya perlu nonton film-nya langsung. Reviewnya aja bagus, apalagi film-nya.

    ReplyDelete
  2. Sepertinya bagus nih... Thanks Mak atas reviewnya..

    ReplyDelete
  3. hm... bisul disebabkan buang air di kali?
    bukan karena kebanyakan protein?
    salam kenal mak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal quinie.
      Di film ini diceritakan warga terkena bisul karena sering buang hajat di sungai. Silahkan menonton filmnya :)

      Delete
  4. akhirnya di pos juga..
    udah ngungguin pula :P
    BeTeWe keren ceritanya..

    ReplyDelete
  5. film2 Alenia Picture ini selalu bagus2, ya

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

INTO THE WILD: Kisah Tragis sang Petualang Muda

Penulis: Jon Krakauer Penerjemah: Lala Herawati Dharma Penyunting: Maria M. Lubis Penerbit: Qanita Tahun: Februari, 2005 Tebal: 442 halaman “Aku ingin pergerakan dinamis, bukan kehidupan yang tenang. Aku mendambakan kegairahan, bahaya, dan kesempatan untuk mengorbankan diri bagi orang yang kucintai. Aku merasakan di dalam diriku, tumpukan energi sangat besar yang tidak menemukan penyaluran di dalam kehidupan kita yang tenang.” – Leo Tolstoy (“ Family Happines ”) Tokoh utama dalam buku non-fiksi ini adalah Christopher Johnson McCandless, seorang pemuda berusia 24 tahun yang telah merampungkan studinya di Universitas Emory pada tahun 1990. Ia adalah seorang anak dari keluarga kaya di Kota Washington, D.C. Ayahnya, Walt McCandless adalah seorang insinyur angkasa luar yang bekerja untuk perusahaan konsultan miliknya sendiri bernama User System, Inc. Mitra kerjanya adalah ibu Chris, Billie. Chris McCandless pemuda pandai. Ia lulus dengan indeks prestasi kum

Cemburu Itu Peluru

Judul: Cemburu itu Peluru Penulis: Andy Tantono, Erdian Aji, Kika Dhersy Putri, Novita Poerwanto, Oddie Frente   Penerbit: Gramedia Pustaka Utama   Tahun: 2011   Tebal: 160 halaman ISBN: 978-979-22-6868-3 DADAKU SESAK. Puisi yang kugubah sepenuh hati untukmu, kau bacakan pada sahabatku.( @Irfanaulia, via @fiksimini)     Berawal dari sebuah akun twitter @fiksimini, lima penulis antara lain Erdian Aji, Novita Poerwanto, Oddie Frente, Kika Dhersy Putry, dan Andy Tantono berhasil membawa angin segar dalam mengembangkan karya lewat benih fiksi 140 karakter. Singkat, namun ‘ledakan’nya terasa.   Lima penulis ini memiliki masing-masing ciri khas dalam menuliskan fiksinya dan hasilnya jarang mengecewakan. Ide cerita dari 140 karakter menghasilkan beragam cerita super pendek bertema cinta dan kecemburuan. Cinta dalam Cemburu itu Peluru digambarkan begitu dekat dengan realita, senyaman apa pun sengeri bagaimana pun. Cinta dalam Cemburu itu Peluru tidak hanya dimaknai se

Beasiswa LPDP: Mengeja Kemungkinan dengan Keyakinan

Setelah bertahun-tahun blog ini tidak terjamah, saya akhirnya menulis lagi. Akhir-akhir ini saya sering blogwalking tentang berbagai cerita pengirim lamaran beasiswa LPDP. Menarik dan informatif, sehingga saya pun ingin bercerita hal yang sama dengan sudut pandang saya. This is based on true story. Ini berdasarkan pengalaman saya yang mengikuti seleksi periode 3 tahun 2015 yang diselenggarakan sejak April-September. Sebelum Apply Lpdp… Saya ingin share cerita pengalaman saya apply beasiswa LPDP. Beasiswa dari pemerintah yang lagi hits di kalangan pemuda sekarang. Selama kuliah S1, saya tidak pernah punya pengalaman apply beasiswa. Pengetahuan saya seputar beasiswa juga minim. Cuma informasi beasiswa LPDP yang saya baca rigid setelah lulus S1. Saya juga sempat menghadiri seminar sosialisasi beasiswa LPDP di kampus saya. Sekedar flashback, saat pengadaan seminar tersebut ternyata ada sistem kuota yang dijalankan secara o